Langsung ke konten utama

Zakat Pertanian

Zakat Pertanian






                             Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum ZISWAF
Dosen pengampu: H. Sholakhuddin Sirizar, M.A
Disusun oleh:
1.      Ahmad Lutfi               12.21.2.1.003
2.      Taufik Hidayat            12.21.2.1.031
3.      Hanif Kelana               12.21.2.1.017

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2014/2015




BAB I
Pendahuluan

Sebelum manusia diciptakan oleh Allah, telah disiapkan terlebih dahulu apa yang diperlukan manusia itu. Bahkan yang paling banyak diperlukan manusia adalah hasil bumi (pertanian). Hasil pertanianlah yang merupakan sumber kehidupan manusia yang paling penting.
            Berkenaan dengan hal ini Allah berfirman:
ôs)s9ur öNà6»¨Z©3tB Îû ÇÚöF{$# $uZù=yèy_ur öNä3s9 $pkŽÏù |·ÍŠ»yètB 3 WxÎ=s% $¨B tbrãä3ô±s? ÇÊÉÈ  
“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan kami adakan bagi kamu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu yang bersyukur.” (al-A’raaf: 10)
            Bahan dan sarana telah disediakan oleh Allah, manusia tinggal mengolahnya sesuai dengan keperluannya. Kemurahan Allah dan karunia yang dilimpahkan-Nya, biasanya kurang disyukuri oleh manusia sebagai penghuni Bumi.
            Pertanian harus ditangani dengan ilmu pengetahuan, karena sebagian tanah cocok untuk tanaman tertentu dan sebagian lagi cocok untuk tanaman yang lain pula.
            Namun, tanaman apa pun yang kita tanam wajib dikeluarkan zakatnya sebagai tanda bersyukur kepada Allah apabila telah memenuhi syarat-syaratnya. Dan yang akan dikeluarkan untuk zakat itu adalah yang terbaik, bukan yang terjelek. Allah berfirman dalam al-Qur’an QS. Al-Baqarah ayat 267 sebagai berikut;
$ygƒr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä (#qà)ÏÿRr& `ÏB ÏM»t6ÍhŠsÛ $tB óOçFö;|¡Ÿ2 !$£JÏBur $oYô_t÷zr& Nä3s9 z`ÏiB ÇÚöF{$# ( Ÿwur (#qßJ£Jus? y]ŠÎ7yø9$# çm÷ZÏB tbqà)ÏÿYè? NçGó¡s9ur ÏmƒÉÏ{$t«Î/ HwÎ) br& (#qàÒÏJøóè? ÏmÏù 4 (#þqßJn=ôã$#ur ¨br& ©!$# ;ÓÍ_xî îŠÏJym ÇËÏÐÈ  
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Al-Baqarah: 267)
            Perintah dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa mengeluarkan zakat dari hasil bumi adalah wajib. Hal ini dapat dipahami dari kalimat “nafkahkanlah” dan ditegaskan dalam ayat tersebut bahwa yang akan dikeluarkan untuk zakat itu ialah yang terbaik, bukan yang jelek apalagi yang paling jelek.




BAB II
Pembahasan

  1. Hasil pertanian (Tanam-tanaman dan Buah-buahan)
a.       Pengertian dan landasan hukum
Yang dimaksud dengan pertanian di sini adalah bahan-bahan yang digunakan sebagai makanan pokok dan tidak busuk bila disimpan, misalnya dari tumbuh-tumbuhan adalah jagung, beras, gandum. Sedang dari jenis buah-buahan misalnya, kurma, dan anggur (Fiqih & Manajemen Zakat di Indonesia: 90-91)
Hasil pertanian, baik tanam-tanaman maupun buah-buahan, wajib dikeluarkan zakatnya apabila sudah memenuhi persyaratan. Hal ini berdasarkan al-Qur’an, hadits dan Ijma’.
1. QS al-An’am ayat 141 dan QS. Al-Baqarah ayat 267
* uqèdur üÏ%©!$# r't±Sr& ;M»¨Yy_ ;M»x©rá÷è¨B uŽöxîur ;M»x©râ÷êtB Ÿ@÷¨Z9$#ur tíö¨9$#ur $¸ÿÎ=tFøƒèC ¼ã&é#à2é& šcqçG÷ƒ¨9$#ur šc$¨B9$#ur $\kÈ:»t±tFãB uŽöxîur 7mÎ7»t±tFãB 4 (#qè=à2 `ÏB ÿ¾Ín̍yJrO !#sŒÎ) tyJøOr& (#qè?#uäur ¼çm¤)ym uQöqtƒ ¾ÍnÏŠ$|Áym ( Ÿwur (#þqèùÎŽô£è@ 4 ¼çm¯RÎ) Ÿw =Ïtä šúüÏùÎŽô£ßJø9$# ÇÊÍÊÈ  
“dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-An’am: 141)
Dalam ayat tersebut di atas ada kalimat “dan tunaikanlah haknya” oleh para mufassir ditafsirkan dengan zakat.
$ygƒr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä (#qà)ÏÿRr& `ÏB ÏM»t6ÍhŠsÛ $tB óOçFö;|¡Ÿ2 !$£JÏBur $oYô_t÷zr& Nä3s9 z`ÏiB ÇÚöF{$# ( Ÿwur (#qßJ£Jus? y]ŠÎ7yø9$# çm÷ZÏB tbqà)ÏÿYè? NçGó¡s9ur ÏmƒÉÏ{$t«Î/ HwÎ) br& (#qàÒÏJøóè? ÏmÏù 4 (#þqßJn=ôã$#ur ¨br& ©!$# ;ÓÍ_xî îŠÏJym ÇËÏÐÈ  
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Al-Baqarah: 267).
     Perintah dalam ayat di atas menunjukkan bahwa mengeluarkan zakat dari hasil bumi adalah wajib. Hal ini dapat dipahami dari kalimat “nafkahkanlah”. Dan ditegaskan pula dalam ayat tersebut bahwa yang akan dikeluarkan untuk zaka adalah yang terbaik, bukan yang buruk apalagi yang paling buruk.
     Sebagai landasan kedua adalah sabda Nabi saw yang diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Daud dari jabir bahwa beliau mendengar Nabi saw bersabda:


“ Pada yang disiram hujan dan mata air dan tumbuh-tumbuhan itu hanya minum air hujan, dikenakan sepersepuluh, dan pada yang disirami dengan mengangkut air setengah dari sepersepuluh”


“Pada apa yang disiram dengan air sungai dan hujan sepersepuluh, dan apa yang disiram dengan pengairan (irigasi), maka zakatnya setengah dari sepersepuluh”
Dan sebagai landasan ketiga adalah Ijma’. Para ulama sepakat atas kefarduanzakat tanaman dan buah-buahan sepersepuluh (10%) dan setengah dari sepersepuluh (5%).
b.      Hasil Pertanian yang wajib Zakat
Hasil pertanian dikenakan Zakat apabila telah memenuhi syarat. Akan tetapi, para ulama berbeda pendapat mengenai jenis hasil bumi yang dikenakan zakat.
1.      Ibnu Umar dan sebagian Ulama Salaf
Mereka berpendapat bahwa zakat hanya wajib atas 4 jenis tanaman saja, yaitu hintah (gandum), sya’ir (sejenis gandum), kurma, dan anggur. (Bidayatul Mujtahid 1 : 201). Dikatakan dalam Al-manar selain empat ini adalah tempat ber-ikhtiyath dalam mengambil zakatnya. Pendapat yang kuat, tidak diambil zakat terhadap selain dari empat ini. (Al- Mughni 2: 548)
2.      Malik dan Syafi’i
Mereka berpendapat bahwa jenis tanaman yang wajib zakat adalah makanan pokok atau yang mengenyangkan, seperti beras, jagung, sagu. Selain dari makanan yang pokok itu, tidak dikenakan zakatnya. (Zakat dan Infak: 53)
3.      Hambali
Jenis tanaman yang wajib dizakati yaitu biji-bijian yang kering, bertahan lama dan dapat ditimbang (ditakar), seperti padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau dll. Begitu pula kurma dan anggur dikenakan zakatnya. Tetapi buah-buahan dan sayur-mayur tidak wajib zakat. Menurut suatu riwayat juga dari Ahmad bin Hambal, bahwa zakat adalah wajib bagi semua yang diwajibkan oleh Abu Hanifah. (Nailul Authar 1: 312)
4.      Abu Hanifah
Semua jenis tanaman yang tumbuh di bumi, baik jumlahnya sedikit maupun banyak kecuali rumput-rumputan dan tanaman yang tumbuhnya tidak sengaja.

  1. Nishab, Ukuran dan Cara Mengeluarkan Zakatnya
a.       Nishab Hasil Pertanian
Nishabnya ialah 5 wasaq. Satu wasaq sama dengan 60 sha’, dan satu sha’ oleh Diratul Maarif Islamiyah sama dengan 3 liter, maka 1 wasaq = 180 liter, dan bila 5 wasaq maka sama dengan 900 liter atau kurang lebih 653 kg. (Fiqh & Menejemen Zakat di Indonesia: 97)

b.      Ukuran yang dikeluarkan
Adapun ukuran yang dikeluarkan, bila pertanian itu didapat dengan cara pengairan dan biaya besar maka zakatnya sebanyak 1/20 (5%). Dan jika pertanian itu diairi dengan hujan (tadah hujan), maka zakatnya sebanyak 1/10 (10%).
Misalnya, seorang petani menuai hasil panennya sebanyak 1000 kg. maka ukuran zakatnya adalah 1000 x 1/20 = 50 kg (bila dengan pengairan sendiri),  dan 1000 x 1/10 = 100 kg (bila tadah hujan).

c.       Zakat tanah yang disewakan
Kemudian zakat tanah yang disewakan. Islam menganjurkan kepada umatnya yang memiliki lahan atau tanah supaya diolah sedemikian rupa agar mendapatkan hasil. Tanah harus diolah, baik diolah sendiri maupun diserahkan kepada orang lain. Ada beberapa cara yang bisa ditempuh:
1)      Tanah dipinjamkan kepada orang lain untuk diolah dan ditanami, tanpa memungut imbalan. Yang demikian ini adalah perbuatan terpuji yang dianjurkan dalam islam. Apabila sudah sampai nishab, maka zakatnya dibebankan kepada si peminjam.
2)      Tanah diserahkan kepada si penggarap dengan suatu perjanjian bagi hasil atau dengan ketentuan yang lain. Maka apabila sudah sampai nishab, zakatnya dibebankan kepada kedua belah pihak atau dikeluarkan zakatnya dulu sebelum dibagi.
Zakat buah-buahan dari tanah waqaf. Korma, anggur dan sebagainya jika di waqafkan untuk kepentingan umum, seperti masjid, madrasah, orang fakir dan miskin, tidak ada zakat terhadap buah-buahannya. Jelasnya, padi yang ditanam di tanah waqaf untuk umum, tidak wajib zakat. Jika sampai nishab maka wajib zakat. Demikian pendapat Malik dan Asy-Syafi’i.
Ahmad Abu ‘Ubaid menetapkan, bahwa jika waqaf tersebut untuk kemaslahatan umum tidak wajib zakat, dan jika untuk orang tertentu maka wajib zakat. Demikian juga pendapat ulama’-ulama’ syafi’iah tentang hasil bumi yang diperoleh di tanah waqaf. (Al-majmu’ 5:340).
3.      Syarat zakat pertanian bisa ditunaikan (Fiqih & menejemen zakat di Indonesia: 100)
a.       Berupa biji-bijian atau buah.
b.      Cara penghitungan atas biji-bijian dan buah-buahan tersebut sebagaimana yang berlaku di masyarakat adalah dengan ditimbang (di-kilogram-kan).
c.       Biji dan buah tersebut bisa disimpan (bukan diawetkan)
d.      Mencapai nishab, yaitu minimal 5 wasaq berat bersihnya, kering, dan bersih.
e.       Pada saat panen panenanya, barang tersebut masih sah menjadi miliknya.



Penutup

Dari keterangan tentang zakat pertanian di atas, penulis bisa menyimpulkannya antara lain;
1.      kriteria zakat pertanian adalah makanan pokok atau makanan yang mengenyangkan, tidak busuk jika disimpan.
2.      Ukuran hasil pertanian adalah jika hasil pertanian sudah mencapai nishab, maka wajib untuk mengeluarkan zakat, yaitu 1/10 (10%) bila dengan tadah hujan, dan 1/20 (5%) bila dengan penyiraman sendiri.
3.      Nishab zakat pertanian adalah ketika sudah mencapai 5 wasaq seperti yang di cantumkan di atas adalah sama dengan 653 kg.
4.      Penunaian zakat pertanian tidak menunggu haul (satu tahun), akan tetapi secara langsung setelah panen, dibersihkan, dan dikeringkan.
5.      Zakat tanah yang disewakan atau dipinjamkan kepada orang lain; bisa denga suka rela dan nanti zakatnya ditanggung peminjam atau dengan suatu perjanjian bagi hasil antara kedua belah pihak.
6.      Syarat zakat pertanian: a) berupa biji-bijian atau buah-buahan. b) bisa disimpan. c) cara penghitungannya sesuai dengan yang berlaku dalam masyarakat. d) mencapai 5 wasaq.
e) barang tersebut masih sah menjadi pemiliknya.



DAFTAR PUSTAKA

Asy-Syaukani, Nail al-Authar
Az-Zarqani, Syarah al-Muwaththa’
Fakhruddin, Fiqh & Manajemen Zakat di Indonesia, malang: UIN-Malang Press. 2008
Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid
Ibnu Qudamah, Al-Mughni
M. Ali Hasan, Zakat dan Infak: Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di Indonesia, Jakarta: Kencana. 2008.












Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konsep dan Aplikasi al-Qawa’id al-Khamsah

Konsep dan A plikasi al- Q awa’id al- K hamsah: al- U muru bi maqashidiha; al- Y aqinu la yazalu bi al-syakk                 Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kaidah Ushul dan Fiqh Dosen pengampu: H. Andi Mardian, Lc, M.A Disusun oleh: 1.       Ahmad Jalal                12.21.2.1.002 2.       Ahmad Lutfi               12.21.2.1.003 3.       Nurul Hidayah             12.21.2.1.030 4.       Cholil                          12.21.2.1.00 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA 20...

Tafsir Ayat Qishash

Tafsir Ayat Qishash                 Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Ahkam II Dosen pengampu: H. Sholakhuddin Sirizar, M.A Disusun oleh: 1.       Ahmad Lutfi               12.21.2.1.003 2.       Muhammad Ansori     12.21.2.1.024 3.       Nur Khamid                12.21.2.1.029 4.       Riyan Hidayat             12.21.2.1.032 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA 2014/2015 BAB I Pendahuluan Al-Qishash dalam al-Q...

Haid, Nifas dan Istikhadhah

Haid, Nifas dan Istikhadhah     Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Ibadah Dosen pengampu: H. Andi Mardian, Lc, M.A Disusun oleh: 1.       Ahmad Lutfi               12.21.2.1.003 2.       Irfaiyah                       12.21.2.1.000 3.       Wakhid Hasyim          12.21.2.1.043 4.       Ismail Lape                 12.21.2.1.044 5.       Vivi Kus Aisyah         12.21.2.1.000 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA 201...